Ucapkanlah Kata kata yang baik kepada Manusia

Manusia adalah mahluk sosial yang tak bisa lepas dari interaksi dengan sesamanya. Interaksi yang intens dalam kehidupan sehari-hari berimplikasi pada seringnya bergaul dengan banyak orang yang memilki sifat serta karakteristik yang beragam. Sehingga nyaris tak tak dapat dihindari mendengar perkataan yang baik ataupun selainnya, melihat sesuatu yang memancing emosi dan sebagainya. Oleh  karena itu kaidah ini merupakan rambu-rambu dalam bertutur kata dan interaksi dengan sesama. Kaidah ini diambil dari firman Allah dalam Surat Al – Baqarah : 83

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia

Kaidah ini disebutkan berulang kali dalam al – Qura’an baik secara tersirat maupun tersurat sebagai penguat akan pentingnya tutur kata yang baik dalam berinteraksi. Diantaranya adalah firman Allah

وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar).”1

Ayat lain yang serupa dengan kaidah ini adalah firman Allah

وَلَا تُجَٰدِلُوا أَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ إِلَّا بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ إِلَّا ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ

Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka.2

Dari ketiga ayat diatas, kita dihadapkan dengan sebuah perintah untuk bertutur kata yang baik dalam segala keadaan dan kepada semua orang kecuali kepada orang yang zalim diantara ahli kitab.

Menurut para ulama, tutur kata yang baik setidaknya meliputi 2 unsur,

  1. Cara penyampaiannya yang baik; penyampaian yang baik harus dengan halus, beradab dan tanpa dengan kekerasan.
  2. Konten yang baik pula; konten yang baik haruslah berisi hal yang baik dan positif.

Dalam kehidupan sehari – hari kita akan selalu berinteraksi dengan berbagai kalangan. Baik dengan sesama muslim maupun dengan non muslim, dengan yang lebih tua maupun yang lebih muda atau sebaya, dengan orang yang baik ataupun yang jahat, dengan orang terdekat seperti suami, isteri, orang tua dan anak – anak dan juga dengan orang yang yang berada dalam tanggungan kita seperti pembantu,  karyawan, dsb. Dalam  interaksi ini kita membutuhkan “tutur kata yang baik”.

Diantara bentuk penerapan aplikatif kaidah ini dalam kehidupan sehari-hari adalah :

  1. Berinteraksi dengan kedua orangtua.

Allah melarang untuk berkata kasar kepada mereka berdua dan memerintahan untuk bertutur kata yang baik.

وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”1

  1. Berinteraksi dengan peminta – minta dan orang yang membutuhkan

وَأَمَّا ٱلسَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ

Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.”2

  1. Berinteraksi dengan orang yang bodoh.

Sebagaimana pujian Allah kepada Ibad Ar-Rahman (hamba – hamba Allah yang baik) karena tutur kata mereka yang baik dalam berinteraksi kepada orang bodoh.

وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

Dan apabila orang – orang bodoh menyapa mereka (dengan kata – kata yang menghina)mereka mengucapkan salam (kata – kata keselamatan)”1

Namun sangat disayangkan kaidah ini tidak dipraktekkan oleh umat Islam yang kitab mereka adalah Al – Qur’an. Justru banyak misionaris yang menggunakan kaidah ini  untuk menarik simpati orang – orang miskin agar memeluk agama mereka. Bukankah  umat Islam  yang lebih berhak mengamalkan kaidah ini untuk menarik seluruh manusia  kepada agama yang diridhai Allah?

Surat al Isra’ memperingatkan kita akan suatu bahaya karena tidak mempraktekan kaidah ini dalam keseharian kita. Allah berfirman:

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُم

“sungguh setan itu (selalu) menimbulkan perselisihan diantara mereka.”2

Jadi orang yang diuji mendengar omongan yang menyakitkannya maka dia harus berusaha sabar menerimanya,  mengimbangi tindakan bodoh dengan kebijaksanaan,  dan membalas perkataan yang menyakitkan dengan tutur kata yang menyejukkan.

Tinggalkan Balasan