PERSIAPAN MENYAMBUT RAMADHAN (Bag 1)

PERSIAPAN MENYAMBUT RAMADHAN (Bag 1)

✒️ Ustadz Arie Wibowo (Staff Pengajar PPS Ibnu Abbas Wiradesa)

Diantara persiapan menyambut bulan ramadhan sebagaimana dijelaskan dalam artikel sebelumnya adalah taubat nasuha.

Allah Ta’ala berfirman :

وَتُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS : An Nur : 31)

Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman dari pandangan kalian terhadap yang tidak halal dan maksiat lainnya, supaya kalian beruntung dengan meraih apa yang kalian citakan, dan selamat dari apa yang kalian takuti. (Al Mukhtashor fii tafsir Al Qur’anil Kariim hal : 453)

Di dalam surat yang lain Allah Ta’ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)” (At Tahriim : 8)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di Rahimahullah Ta’ala berkata di dalam kitab tafsirnya :

Allah memerintahkan untuk bertaubat dengan sungguh-sungguh dalam ayat ini,menjanjikan penghapusan kesalahan-kesalahan, dimasukkan ke dalam surga dan mendapatkan keberuntungan dan kemenangan. (Taisir Al Karimir Ar Rahman hal : 836)

Syaikh Kholid Mahmud Al Juhani Hafidzahullahu Ta’ala berkata :

Wajib bagi kita untuk menyambut bulan yang mulia ini dengan taubat nasuha, taubat merupakan kewajiban (untuk menghapus) semua dosa. Jika seorang hamba bermaksiat kepada Allah Ta’ala yang tidak ada kaitannya dengan hak anak Adam, maka syarat taubat ada 3 :

  1. Berhenti dari kemaksiatan, dan tidak melakukannya lagi.
  2. Menyesali atas kemaksiatan yang dilakukan.
  3. Bertekad untuk tidak kembali melakukan kemaksiatan itu selama-lamanya.
    Jika kemaksiatan itu berkaitan dengan hak anak Adam maka syaratnya ada 4 : tiga syarat yang pertama sebelumnya dan mengembalikan hak kepada pemiliknya, jika berkaitan dengan harta atau semisalnya maka kembalikan kepada pemiliknya. Apabila berupa tuduhan zina atau sejenisnya maka ia harus mengembalikan kesempatan kepadanya untuk menghukumnya atau meminta maaf kepadanya. Jika berupa gunjingan maka ia harus meminta kehalalan darinya. (Al mukhtashor Al Mufiid fii Ahkaamis Shiyam wa Adabil Ied hal 23-24, lihat juga : Riyadhus Sholihiin hal 33-33, lihat juga : Syarh Shahih Muslim : 17/25)

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin Rahimahullah Ta’ala| berkata :

Taubat yang paling besar dan wajib dilakukan adalah taubat dari kekafiran menuju keimanan, Allah Ta’ala berfirman :

قُل لِّلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ إِن يَنتَهُوا۟ يُغْفَرْ لَهُم مَّا قَدْ سَلَفَ

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu. (QS : Al Anfal : 38)
Selanjutnya adalah taubat dari dosa-dosa besar dan tingkatan yang ketiga adalah taubat dari dosa-dosa kecil. (Syarh Riyadhus Shalihin hal : 1/45)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللهِ، فَإِنِّي أَتُوبُ، فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ، مَرَّةٍ

“Wahai sekalian manusia, bertobatlah kepada Allah, karena sesungguhnya aku juga bertobat kepada-Nya sehari seratus kali.” (HR. Muslim)

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin Rahimahullah Ta’ala berkata :

Pada hadits ini terdapat dalil wajibnya taubat karena nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkannya dengan berkata :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللهِ

“Wahai sekalian manusia bertaubatlah kepada Allah”

Jika manusia bertaubat kepada Rabbnya, maka ia akan mendapatkan 2 faedah :

  1. Patuh terhadap perintah Allah dan rasulNya adalah kebaikan yang akan membawa pada kebahagiaan di dunia dan akhirat.
  2. Mengikuti Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dimana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bertaubat kepada Allah Ta’ala sehari seratus kali. (Syarh Riyadhus Sholihiin : 1/50)

Mari kita persiapkan ramadhan tahun ini dengan sebaik-baik taubat, tanpa kembali terjatuh pada dosa yang telah berlalu.

Tinggalkan Balasan