PERSIAPAN MENYAMBUT RAMADHAN (bag 2)

PERSIAPAN MENYAMBUT RAMADHAN (bag 2)

✒️Ust. Arie Wibowo (Staff Pengajar PPS Ibnu Abbas Wiradesa)

Diantara persiapan menyambut ramadhan berikutnya adalah berbuat baik kepada kedua orang tua. Lalu apa kaitannya datangnya bulan ramadhan dengan berbuat baik kepada kedua orang tua?

Karena durhaka kepada kedua orang tua atau salah satu dari keduanya diantara sebab tidak diterimanya amal.

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

ثَلاثَةٌ لا يَقْبَلُ اللَّهُ لَهُمْ صَرْفًا وَلا عَدْلا

Allah tidak akan menerima amal tiga golongan manusia yang bersifat sharfan dan ‘adlan.

Yakni tidak diterima amalan fardhu dan sunnah mereka, siapa mereka? Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan diantara mereka adalah orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya.
(Tafrigh dauroh Al juhniy fiqhus shiyam, lihat juga : Tuhfathul Abror fii khuthobil qishor hal : 82)

Syaikh Kholid Mahmud Al Juhani Hafidzahullahu Ta’ala berkata:

Bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua adalah diantara kewajiban-kewajiban paling besar setelah tauhid, karena Allah Ta’ala menggandengkan perintah mentahidkanNya dengan birrul walidain di dalam kitabNya.

Allah Ta’ala berfirman :

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Al Isra : 23)
(Tuhfathul Abror fii khuthobil qishor hal : 80)

Wahai hamba Allah! Tuhanmu telah memerintahkan dan mewajibkan atasmu untuk tidak menyembah selain-Nya, serta memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua terutama ketika mereka telah berusia lanjut. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali engkau mengeluh dari mereka dengan kata-kata yang menyakiti mereka, dan jangan pula membentak dan berkata kasar kepada keduanya, namun ucapkanlah kepada mereka perkataan baik yang penuh lembut dan santun.
(Al mukhtashor fii tafsir Al Quran Al Karim hal : 284)

Mujahid Rahimahullah Ta’ala berkata mengomentari ayat ini :

“Jika keduanya (orang tua) telah mencapai usia senja berada disisimu, ketika keduanya buang air kecil (tidak pada tempatnya), maka janganlah kamu merasa jijik dan jangan kau katakan kepada keduanya “ah” ketika kamu membersihkan kotoran dan air seni dari keduanya, sebagaimana keduanya dahulu membersihkannya darimu ketika kamu kecil”.
(Tafsir Al Baghowi : 3/126, Lihat : Fathur Robbil Hamiid fii syarhi kitabit tauhiid hal : 21)

Janganlah kamu membentak keduanya, dan katakan kepada keduanya dengan perkataan yang baik. (Tafsir At Thobari : 17/417, Lihat : Tuhfatul Abror fi Khutobil Qishor hal : 80)

Birrul walidaini memiliki kedudukan yang besar karena Allah Ta’ala menggandengkan syukur kepada Allah ta’ala dan syukur kepada kedua orang tua. Allah Ta’ala berfirman :

أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Al Lukman : 14)
(Tuhfatul Abror fi Khutobil Qishor hal : 80-81)

Menggabungkan syukur kepada kedua orang tua dengan syukur kepada Allah ta’ala, itu karena Allah Ta’ala Maha Pencipta lagi Maha Esa dan menjadikan kedua orang tua merupakan sebab dhohir adanya anak, ini menunjukkan kuatnya penetapan hak kepada keduanya dan wajibnya berbuat baik kepada keduanya baik dengan perkataan dan perbuatan. Karena keduanya telah memberikan kecintaan kepada anaknya dan memperlakukan anaknya dengan baik di masa kecil dan lemah. Ini menuntut penerapan hak dan wajibnya berbuat baik kepada keduanya. (Birrul walidain fii dhoui Al kitab wa assunnah hal :9)

Birrul walidain didahulukan dari jihad dijalan Allah ta’ala. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَأْذَنَهُ فِي الْجِهَادِ فَقَالَ أَحَيٌّ وَالِدَاكَ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ

“Datang seorang laki-laki kepada Nabi ﷺ lalu meminta izin untuk ikut berjihad. Maka beliau bertanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Laki-laki itu menjawab, “Iya”. Maka beliau berkata, “Kepada keduanyalah kamu berjihad (berbakti) “. Muttafaqun Alaihi, HR. Bukhari : (3004), HR Muslim : (2549)
(Lihat : Tuhfatul Abror fi Khutobil Qishor hal : 80-81)

Berkata Ibnu Hajar rahimahullah ta’ala :

“Jika engkau memiliki kedua orang tua yang telah mencapai usia senja, maka bersungguh-sungguhlah untuk berbuat baik kepada keduanya, karena perbuatan tersebut mampu menduduki posisi jihad.”
(Fathul bari bisyarhi shohihil bukhori : 10/103, lihat : Birrul walidain fii dhoui Al kitab wa assunnah hal : 10)

Manusia yang paling berhak mendapatkan perlakuan baikmu, kelembutanmu, kebaikan akhlakmu, serta pergaulan baikmu adalah ibumu kemudian ayahmu.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ

“Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah ﷺ lalu dia bertanya, “Siapakah orang yang paling berhak dengan kebaktianku?” Jawab Rasulullah ﷺ, “Ibumu!” dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” beliau menjawab, “Ibumu!” dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” beliau menjawab, “Kemudian Ibumu!” dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” dijawab, “Kemudian bapakmu!” Muttafaqun Alaihi, HR Bukhari : (5971), HR Muslim : (2548)
(Lihat : Tuhfatul Abror fi Khutobil Qishor hal : 81)

Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah memperingatkan kita dari durhaka kepada kedua orang tua dan menyakiti keduanya dengan pernyataan yang sangat keras, dan durhaka terhadap orang tua diantara dosa dosa besar yang Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam telah melarangnya, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْبَرُ الْكَبَائِرِ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ ثَلَاثًا أَوْ قَوْلُ الزُّورِ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ

Nabi ﷺ bersabda, “Dosa yang paling besar diantara dosa-dosa besar lainnya adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, kesaksian palsu, kesaksian palsu (beliau mengulanginya tiga kali), atau ucapan dusta, ” beliau tidak henti-henti mengulang-ulanginya sehingga kami mengatakan; ‘Duhai, sekiranya beliau diam.’ Muttafaqun Alaihi, HR Bukhari : (2654), HR Muslim : (87)
(Lihat : Tuhfatul Abror fi Khutobil Qishor hal : 81)

Tidak akan masuk surga orang yang buruk muamalah dengan kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya.

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنَّانٌ وَلَا عَاقٌّ وَلَا مُدْمِنُ خَمْرٍ

Dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “Tidak akan masuk surga seorang yang mengungkit-ungkit pemberian, orang yang durhaka (kepada orang tua) dan pecandu khamer.” Hadits Hasan (HR. Nasa’i dalam Al Qubro : 4894, HR Ahmad : 6892, dihasankan oleh Ahmad Syakir dan Syaikh Albani dalam As Shohiihah : 673)
(Lihat : Tuhfatul Abror fi Khutobil Qishor hal : 82)

Semoga Allah Ta’ala memberikan kemudahan bagi kita dalam rangka memberikan kebahagiaan bagi orang tua kita, baik dengan ucapan maupun perbuatan kita.

Wallahu A’lam.

Batang, 11 Maret 2022/8 Sya’ban 1443 H

Tinggalkan Balasan